JAKARTA – Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo mengajak para generasi muda untuk dapat bersikap kritis, sabar, konsisten, berpikir visioner, serta mempunyai daya kreasi dan imajinasi yang kuat. Sehingga para generasi muda dapat beradaptasi dengan pesatnya kemajuan teknologi, agar tidak tertinggal dalam kompetisi global yang berkembang pesat.
“Banyak yang hanya melihat saya hari ini. Namun, tidak banyak yang tahu perjuangan yang saya lakukan untuk bisa seperti sekarang tidak lah mudah. Jatuh bangun. Hidup prihatin. Namun saya tetap berjalan tegak. Kuncinya, kita harus sabar, konsisten serta mau berpikir kritis dan melihat jauh kedepan, sehingga setiap rintangan yang dihadapi bisa diatasi dengan baik,” ujar Bamsoet saat menerima Atta Halilintar dalam program ‘Grebek Rumah’ Atta Halilintar di kediaman pribadi Ketua MPR RI, Jakarta, Kamis (6/6/24).
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, pencapaian karir politiknya mulai dari anggota biasa DPR RI, Sekretaris Fraksi Partai Golkar, Ketua Komisi III, Ketua DPR hingga Ketua MPR, tidak terlepas dari sejumlah kegagalan yang pernah dialami. Bagi Bamsoet kegagalan merupakan hal yang biasa terjadi dalam sebuah proses untuk mencapai kesuksesan.
“Sebelum lolos masuk ke Senayan, saya empat kali gagal nyaleg. Baru saat nyaleg kelima saya berhasil terpilih sebagai anggota DPR RI. Dimulai pada Pemilu 1992 dengan nomor urut 18, Pemilu 1997 dengan nomor urut 8, Pemilu 1999 dengan nomor urut 4, dan Pemilu 2004 dengan nomor urut 2, semuanya gagal. Nah, di Pemilu 2009 dapat nomor urut 1, saya berhasil menjadi anggota DPR RI dari Dapil Jawa Tengah VII yang terdiri dari Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara,” urai Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI (Ormas Pendiri Partai Golkar) dan Kepala Badan Polhukam KADIN Indonesia ini mengajak para generasi muda untuk mampu memanfaatkan bonus demografi. Saat ini bangsa Indonesia telah menapakan kaki pada fase bonus demografi, dimana komposisi demografi didominasi penduduk usia produktif yang mayoritasnya adalah generasi muda.
Titik puncak fase bonus demografi diperkirakan terjadi hingga tahun 2030, dimana jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 285 juta hingga 300 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 persennya, atau sekitar 199,5 juta hingga 210 juta jiwa adalah kelompok usia produktif.
“Ada negara yang gagal memanfaatkan bonus demografi, yaitu Brazil dan Afrika Selatan. Karena masalah pelik dan pemerintah yang abai dengan tidak mendorong anak mudanya untuk kreatif. Sementara ada dua negara yang berhasil memanfaatkan pelung bonus demografinya, yakni Korea Selatan dan Tiongkok. Bangsa Indonesia harus mampu memanfaatkan bonus demografi dengan mencetak anak muda yang kreatif dan menciptakan inovasi untuk kemajuan bangsa,” pungkas Bamsoet. ( tnn / B.D )